Tuesday, March 30, 2010

massa dan mob




Massa adalah istilah ilmu masyarakat, yang berbeda-beda orang menafsirkan artinya. Kadang – kadang kata itu menandakan sejumlah manusia, yang kebetulan pada suatu waktu terdapat bersama-sama. Ada juga yang mengatakan massa itu suatu golongan yang besar, kadang-kadang suatu gerombolan pendengar atau penonton yang jumlahnya besar (yang tidak ada organisasinya dan yang ada ikatan dan persamaan jiwanya pada tingkatan yang rendah)

Selanjutnya menurut Prof Dr P.J. Bouman, dalam massa, kepribadian, kepercayaan seseorang menjadi menurun, sedangkan emosi/perasaan naik, sehingga tidak jarang massa dapat bertindak atau berbuat sesuatu yang keji secara bersama-sama, kemudian tidak seorangpun mau bertanggungjawab.

Dalam Ensiklopedi Indonesia, massa berasal dari bahasa Latin dan bahasa Inggeris MASS. Massa adalah penggolongan orang-orang setujuan dan berpendirian sama, hubungan agak tetap misalnya kaum buruh yang berorganisasi, gerombolan murid-murid sekolah yang berdemonstrasi rnenuntut diturunkannya harga buku.

Menurut Herbert Blumer massa mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai berikut
a) Massa terdiri dari orang-orang yang berasal dari segala lapangan kehidupan dan tingkatan dalam masyarakat ; karena sifatnya heterogin
b) Mereka tidak saling kenal mengenal satu sama lain (anonim)
c) Anggota massa tidak terdapat interaksi dan pertukaran pengalaman, karena itu mereka terpisah satu sama lain, hingga mempunyai sedikit kesempatan untuk “milling” seperti yang ada pada Crowd. Milling atau perputaran dimana para individu berputar dan berkeliling tidak menentu dan tanpa tujuan yang nyata.
d) Massa sangat longgar dalam ikatan organisasi atau bahkan tidak mempunyai organisasi secara jelas sehingga akibatnya tidak mampu bertindak secara teratur dan terarah seperti yang terdapat dalam crowd.

Dr Gerhart D.Wiebe seorang akhli psikologi menambahkan uraian Herbert Blumer bahwa massa tidak menunjukkan suatu status dalam masyarakat, akan tetapi jelas massa menunjukkan suatu jumlah orang yang sangat banyak.

Prof.Dr C.A. Mennicke membagi massa menjadi dua jenis, massa kongkrit dan massa abstrak.
Yang dimaksud dengan massa kongkrit adalah sekelompok manusia yang sudah terikat oleh suatu norma-norma tertentu, mempunyai ikatan batin, ikatan motif tertentu. Dengan kata lain massa konkrit telah mempunyai :
1) Ikatan batin dalam hal ini termasuk pula persoalan motif, persamaan solidaritas, emosi, rencana kerja atau program
2) Persamaan norma, mereka telah mempunyai peraturan serta norma tersendiri dan ini sebagai akibat dari selalu berkumpul
3) Mempunyai struktur yang jelas, jadi bukan lagi merupakan kumpulan orang-orang yang bersifat menggerombol begitu saja, tetapi sudah terbentuk suatu organisasi, dengan pimpinan yang tetap, pembagian kerja serta tujuan yang pasti.
4) Mempunyai potensi yang dinamis, dengan bentuknya yang kongkrit itu massa dapat merupakan suatu gerakan atau mempunyai fungsi gerakan. Misalnya gerakan Pramuka, gerakan Pemuda dan sebagainya.

Sedangkan massa yang abstrak adalah sejumlah atau sekumpulan manusia, yang sama sekali belum mempunyai ikatan yang merupakan satu kesatuan norma, emosi, motif dan berbagai kepentingan. Meskipun demikian mereka telah berkumpul atau bergerombol menjadi satu sebagai akibat adanya dorongan yang sama. Hal ini mungkin juga karena perhatian, kepentingan, rasa senasib yang menjadi dasar mereka berkerumun atau berkumpul.

Gustave Le Bon, memberi gambaran mengenai ciri-ciri massa sebagai berikut :
a. Kumpulan orang berjumlah ratusan bahkan ribuan.
b. Berkumpul, mengadakan hubungan hanya untuk sementara waktu,
c. Karena minat atau kepentingan bersama yang hanya sementara waktu.

William Mc Dougall, membagi massa menjadi dua macam yaitu : massa yang tidak tersusun dan massa yang tersusun
Massa yang tidak tersusun sering dinamakan crowd, harus lebih dahulu ada organisasi permulaannya sederhana untuk menjadi organisasi yang tersusun. Dalam organisasi yang tidak tersusun, banyak sekali pernyataan jiwa kolektif yang merupakan dasar dari pada massa tersusun.
Massa yang tersusun atau sering dinamakan massa terorganisir dan ini identik dengan apa yang dinamakan massa konkrit oleh Prof Dr C.A Mennicke.

Ada juga yang membagi massa menjadi massa yang terlihat dengan massa yang tidak terlihat Ditinjau dari segi sosiologis massa itu dapat terlihat, akan tetapi bila ditinjau dari segi psikologis massa itu tidak terlihat.
Untuk disebut massa orang tidak harus berkumpul disatu tempat tertentu, mereka tidak perlu saling melihat, bahkan tidak perlu saling kenal satu sama lain. Misalnya pembaca suratkabar, pendengar radio, penonton televisi atau para pengikut aliran politik tertentu atau suatu keyakinan tertentu.

Syarat utama adalah massa yang terlihat ataupun yang tidak terlihat , bahwa keduanya mempunyai ikatan pikiran, pertalian jiwa atau persamaan perasaan

Dalam massa yang terlihat misalnya rapat raksasa, pawai atau demonstrasi orang-orang yang mengikutinya ada kecenderungan memperlihatkan turunnya kecerdasan berpikir (intelegensia) dan naiknya perasaan (sentimen)

Turunnya intelegensia menyebabkan massa tidak dapat berpikir secara kritis, karena itu sifat massa adalah mudah sekali percaya dan sangat mudah terpengaruh sugesti, mempunyai kepatuhan kepada pimpinan terpercaya, gemar pada hal-hal yang pasti, tegas dan tidak ragu-ragu. Sifat massa yang lain suka kepada hal-hal yang besar dan agung, hal-hal yang sangat menakjubkan, sifat yang lain adalah rasa kurang tanggungjawab dan sering melakukan tindakan tanpa disadari. Naiknya sentimen atau perasaan menyebabkan massa mudah sekali tersinggung, sangat fanatik, bersemangat, berani, mempunyai rasa mampu, rasa berkuasa, gemar sensasi, hasratnya cepat ingin tercapai (tidak sabar) karena dapat berbuat suatu tanpa memikirkan akibat dan risikonya.

Drs. J.B.A.F. Mayor Polak.mengatakan yang dimaksud Massa adalah orang banyak yang tidak berkerumun disuatu tempat tertentu, tetapi mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting dengan perantaraan alat-alat komunikasi modern. Massa adalah orang banyak yang tersebar, anonim dan heterogen, sepanjang mengenai persoalan dan kelakuan massal.




6. 2 CROWD.

Menurut Soerjono Soekamto SH.MA ukuran utama adanya crowd (kerumunan) adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Crowd tersebut akan segera hilang atau lenyap apabila orang-orang telah bubar, dan karena itu crowd merupakan kelompok sosial yang bersifat sementara. Dengan demikian jelas bahwa Crowd tidak terorganisir.

Crowd dapat mempunyai pimpinan akan tetapi tidak atau kurang mempunyai pembagian kerja maupun system pelapisan sosial. Artinya interaksi didalamnya bersifat spontan dan tidak terduga atau direncanakan. Arti yang lain bahwa orang-orang yang hadir dan terkumpul mempunyai kedudukan yang sama. Identitas seseorang biasanya tenggelam dalam suatu crowd. Misal seorang guru, mahasiswa, pedagang dan tukang beca, sama-sama menunggu bis kota atau sedang antrean karcis kereta api. Crowd mudah sekali beraksi, karena individu-individu dalam crowd tersebut mempunyai satu pusat perhatian dan keinginan-keinginan mereka akan tersalurkan dengan mengadakan suatu aksi. Norma-norma dalam masyarakat sering membatasi terjadinya crowd. Kerumunan mempunyai kecenderungan untuk lebih suka merusak dari pada membangun. Banyak bukti bahwa kerumunan dianggap suatu gejala sosial yang kurang disenangi oleh masyarakat yang sudah teratur.

Namun Crowd tidak selalu mengarah ke hal-hal yang merusak, akan tetapi dapat diarahkan pada tujuan yang baik misalnya kumpulan manusia yang menghadiri pertemuan kerokhanian (keagamaan)

Crowd dapat dibedakan menjadi :
a. Berguna bagi organisasi kemasyarakatan
b. Timbul tanpa diduga sebelumnya,
c. Crowd yang dikendalikan oleh keinginan kelompok manusia itu sendiri,
d. Yang dikendalikan oleh keinginan pribadi.

Crowd dapat dibagi menjadi :
1) Crowd yang berartikulasi dengan struktur sosial, misalnya
a) Penonton dan pendengar yang formal (formal audiences), mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, sifatnya pasif. Contoh penonton film, orang mendengarkan khotbah,
b) Planned expressive group, kelompok ekspresif yang telah direncanakan, yang penting kerumunan itu mempunyai persamaan tujuan, dan menghasilkan kepuasan.
2). Crowd yang bersifat sementara (Casual Crowd).
a. Inconvenient aggregations, kumpulan yang kurang menyenangkan, orang menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama misalnya antri karcis. Kehadiran orang lain merupakan halangan.,

b. Panic crowds, kerumunan dari orang-orang yang sedang panik, orang-orang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya,
c. Spectator crowds, terjadi karena orang-orang ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumuman semacam ini hampir sama dengan formal audiences. Spectator Crowds biasanya tidak direncanakan. Kegiatan-kegiatan pada umumnya tidak terkendalikan.

3). Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowds), terdiri dari
a) Acting mobs, kerumunan yang bertindak emosional. Ingin mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma yang berlaku di masyarakat.,
b) Immoral crowds, hampir sama dengan kelompok-kelompok ekspresif, tetapi bertentangan dengan norma-norma masya-rakat. Misalnya orang yang dalam keadaan mabuk.

Herbert Blumer: membedakan crowd dalam 4 (empat) macam :
1) The Casual Crowd, kerumunan yang terjadi secara kebetulan. Contoh orang berkerumun melihat etalase sebuah toko.
2) The Conventionalized Crowd, terbentuk sesuai dengan kebiasaan, terbentuknya berdasarkan aktivitas yang diarahkan kepada peraturan-peraturan tradisional. Kerumunan lebih banyak berpengaruh kepada kebudayaan,
3) An Acting Crowd. Kerumunan yang aktif, dapat disamakan dengan kerumunan yang agresif, bertujuan tidak atas satu tujuan tertentu. Keinginan individu yang ditandai oleh tuntutan baik berdasarkan kepentingan pribadi maupun golongan.
4) An Expressive Crowd, crowd terjadi karena curahan hati, tujuan ekspresif dari kepentingan pribadi. Tidak mempunyai tujuan yang jelas.

Robert M.Mac.Iver dan Ch.H.Page. mengklasifikasi crowd dalam 2 (dua) jenis :
yaitu The like interest crowd dan the common interest crowd. Keduanya masing-masing mempunyai dua sifat yaitu, Focused (terarah) dan Unfocused (tidak terarah).
Jadi menurut pembagian mereka crowd dapat dibagi 4 (empat) macam:
1) The like interest focused crowd, orang mengerumuni sesuatu kecelakaan atau orang berlarian karena ada kebakaran. Yang pertama karena ingin tahu (curiosity), yang kedua ingin menyelamatkan diri. Kedua sifat terarah, yaitu diarahkan terpenuhinya keinginan atau kepentingan individu (Crowd ini sama dengan causal crowd Herbert Blumer),
2) The like interest unfocused crowd, sejumlah orang berjubel , perhatian mereka tidak terarah kepada suatu hal, karena masing-masing berjubel di stasiun akan pulang mudik,
3) The common interest focused crowd : Orang bergerombol dalam sesuatu kerusuhan (riot),
4) The common interest unfocused crowd, pada waktu orang banyak saling berdesak-desakan di kala merayakan hari-hari Nasional atau perayaan-perayaan.

Menurut Hubert Bonner, Gejala-gejala timbulnya crowd sebagai berikut :
a) Orang-orang tergabung dalam crowd mereaksi perangsang-perangsang secara bersama-sama dalam batas lingkungan tertentu,
b) Orang-orang mempunyai kontak interaksi langsung dari yang satu dengan yang lain,
c) Perangsang yang sama menimbulkan tingkat ketegangan psikologis tertentu dikalangan orang-orang yang tergabung dalam crowd yang kemudian menyebabkan penguasaan diri sendiri (self control) menjadi lemah. Ketegangan psikologi ini mempunyai “circular character” dikalangan orang dalam crowd menjelma menjadi {collective response”).,
d) Collective response ini adalah proses milling , yang menjelma kegairahan yang makin hebat, mendorong orang lain dalam crowd, sehingga terjadi tindak tanduk irrasional yang menjurus ketidakan kekerasan,
e) Ketegangan akan menjalar menjadi tindak tanduk aktif. Tindak tanduk bermacam-macam dari yang pasif sampai agresif, dari yang tenang himgga penuh kekerasan.

6. 3 MOB.
Menurut J.B.A.F. Mayor Polak, Mob sering diterjemahkan dengan “kerumunan aktif” atau Crowd yang aktif
Tindakan-tindakan yang mengarah kepada kekacauan oleh mob disebut “riots”.
Seperti pada crowd maka terjadinya mob juga secara spontan, tanpa ada tata cara atau tradisi yang mengaturnya Tingkah laku kolektif mob tidak mempunyai dasar yang lazim atau menurut kebiasaan tertentu akan tetapi hanya suatu reaksi yang bersifat emosional dan impulsif. Reaksi semacam ini tidak atau kurang mengindahkan ukuran dan nilai kebudayaan. Dengan tidak adanya organisasi, pembagian kerja dan aturan , maka dengan sendirinya keaktifan mob biasanya bersifat destruktif, yaitu bertujuan untuk merusak. Untuk merusak ini sudah barang tentu tidak diperlukan suatu sistem dan organisasi tertentu, juga tidak perlu digunakan pola berpikir tertentu. Melempar batu untuk merusak rumah orang lain, mengoroyok orang adalah mudah karena tanpa suatu sistem .Perasaan semacam ini melepaskan perasaan yang tidak puas, kemarahan dan kejengkelan. Perasaan tidak puas semacam itu dalam suatu masyarakat yang teratur ditekan dan dikuasai atau lebih tepat dikendalikan. Dalam mob memberikan kesempatan untuk melepaskannya dan karena itu sangat mudah mencari sasaran yang akhirnya mencari korban.
Kegelisahan sosial merupakan dasar subur bagi timbulnya mob. Dengan demikian mob dapat bersifat revolusioner mapun dapat bersifat reaksioner.

Drs R.Rukomy. Menurutnya crowd dan mob mempunyau banyak persamaan. Adapun persamaannya ialah :
a) Keduanya merupakan sekumpulan orang banyak
b) Terjadinya karena suatu peristiwa,
c) Tidak adan diskusi dan refleksi,
d) Dimotivasikan oleh emosi dan impuls, perangsang,
e) Pesertanya terpadu sebagai suatu kesatuan yang dikuasai oleh emosi kolektif
f) Setiap kepribadian individual menurun sedemikian rupa sehingga akhirnya kepribadian tersebut lenyap.

Membedakan antara crowd dan mob yaitu mob dalah crowd yang sudah berada dalam kondisi agresif. Mob senantiasa berhubungan dengan tindakan-tindakan kekerasan, pengrusakan atau kerusuhan

Pertanyaan Latihan
Setelah mempelajari modul 6 Massa, crowd dan mob Anda diharapkan dapat menjawab pertanyaan berikut ini:
1. Apa hubungan mempelajari massa, crowd dan Mob dengan isi pasal 28 UUD 1945?
2. Sebutkan pengertian massa yang dimaksud oleh Prof.Dr P.J Bouman dan dan Herbert Blumer. Dimana letak persamaan dan perbedaannya ?
3. Apa yang dimaksud Dr Gerhart D.Wiebe, massa tidak menunjukkan status!
4. Menurut Prof Dr C.A Mennicke, massa dibagi dari dua jenis, yaitu massa abstrak dan massa konkrit. Apa ada kemungkinan massa konkrit berubah menjadi massa abstrak ?
5. Apa yang dimaksud dengan massa tersusun dan yang tidak tersusun ?
6. Beberapa akhli mengatakan ketiga istilah tersebut (massa-crowd-mob) tidak terorganisir, jelaskan!
7. Mengapa pendengar radio dan penonton televisi dikatakan massa juga. Jelaskan alasannya dengan contoh!
8. Para akhli menyorot Crowd dari berbagai sudut pandang mereka. Mengapa disertai contoh?
9. Crowd dan Mob itu sama atau hampir sama, kedua-duanya kerumunan, mengapa Mob dianggap berbahaya?
10. Sebutkan persamaan mob dan crowd !
Dimana letak perbedaannya antara Mob dan Crowd, berilah contoh

Contoh kasus.
Setelah pemerintahan orde baru berakhir, maka kebebasann mengeluarkan pendapat berkembang dengan pesatnya. Dimana-mana massa tidak terbendung ingin menyatakan perasaan dan pikiran mereka melalui demonstrasi. Apakah ada beberapa kebijakan yang mengurangi kebebasan mereka, atau ada sekelompok orang merasa ketidak adilan dari suatu kebijaksanaan. Masa yang tidak terorganisir adakalanya tindakan mereka sudah melampaui batas, merusak membakar, massa yang tertib berubah menjadi semacam mob, yang menurut Mayor Polak mob adalah crowd atau kerumunan yang aktif. Tindakan mengarah kepada kekacauan, kerusuhan dan huru hara. Mob tumbuh subur pada saat terjadinya kegelisahan sosial, rasa tidak puas. Gerakan yang tadinya mendapat dukungan banyak orang, berubah menjadi suatu cemooh, karena tindakan merusak, bukan lagi tidakan yang terpuji.
Sekarang gerakan massa berubah menjadi mob pada saat Pilkada di daerah-daerah, pengruskan bangunan milik pemda setempat, bangunan-bangunan untuk kepentringan rakyat, tak luput dari kehancuran..

Daftar bacaan
Sastropoetro, Santoso (1990), Pendapat Publik, Pendapat umum dan Pendapat Khalayak dalam komunikasi sosial. Bandung, Remaja Rosdakarya.

Susanto, Astris (1975), Pendapat Umum, Bandung, Karya Nusantara.

Sunarjo, Djoenaesih S (1984), Opini Publik. Yogyakarta, Liberty




No comments:

Post a Comment