Saturday, March 27, 2010

Fenomenologi



Fenomenologi adalah filsafat yang dirintis oleh Edmund Husserl (1900-1970) pada awal abad 20. tujuan pokoknya hendak membangun secara radikal fondasi-fondasi pengetahuan agar serangan-serangan skeptis terhadap rasionalitas dan prosedur-prosedurnya bisa diatasi. Dalam bab ini kami membatasi diri hanya pada pemaparan mengenai bagaimana metode fenomenologi ( yang disesuaikan untuk tujuan ilmiah) bisa membantu psikologi dalam membuatr penemuan dunia eksperiensial melalui cara-cara yang signifikan.
Bab ini berpegang pada pandangan bahwa riset kualitatif bukan hanya akan menghasilkan pengetahuan yang berguna melainkan juga bahwa riset kualitatif tersebut merupakan bentuk ilmu yang sama valid-nya seperti rangkaian prosedur lain yang bisa diterima ilmu pengetahuan. Tetapi disini bukan tempat untuk memperdebatkan hasil tersebut.
Karena fenomenologi menghadapi pengalaman-pengalaman dan makna-makna maka status ilmiahnya seringkali diragukan sehingga kita bermaksud untuk menunjukan bahwa riset fenomenologi mampu mengikuti ketentuan umum ilmu pengetahuan.

A. Membuat proyek penelitian yang bisa dijalankan.


Kebanyakan psikolog menghadapi permasalahan sebagai hal yang membuat mereka berkesempatan untuk melakukan penelitian akan tetapi semua permasalahan itu biasanya belum terumuskan, kabur dan amat tidak praktis untuk dapat dilaksanakan diperlukan pengarahan yang cermat dan sikap disiplin untuk mengubah suatu minat agar menjadi suatu proyek riset yang layak.

B. Dunia hidup pembelajaran

Jika kita hendak memahami suatu gejala dengan cara yang lebih baik dibandingkan bilakita melakukannya secara spontan dalam kehidupan sehari-hari tentu saja kita harus melakukan gejala tersebut secara lebih menyeluruh. Pemunculan gejala seperti itu dalam kehidupan sehari-hari yang oleh para fenomenolog disebut sebagai dunia hidup pembelajaran.

C. Penetapan data dan metode.

Kedua prosedur tersebut berkaitan erat sehingga lebih baik diperlakukan secara bersamaan. Hal yang perlu diperhatikan. :
1. kedua prosedur tersebut mengandung kemungkinan adanya kebetulan yang dimaksud disini adalah ada lebih banyak metode yang tersedia dibandingkan dengan yang kita pilih dan ada lebih banyak kejadian yang berlangsung dalam suatu latar riset daripada yang terekam oleh data kita. kunci bagi fenomenologi adalah persoalan bagaimana orang benar-benar mengalami dan menginterpretasi situasi-situasi mereka maka basis datanya sering kali berupa diskripsi retrospektif.
2. metode kedua yang disarankan oleh husserl adalah reduksi fenomenologis.

D. Analisis data
Terdapat 4 langkah pokok dalam analisis data :

1. Penelitian harus berpegang pada suatu sudut pandang psikologis, masuk kedalam sikap reduksi fenomenologis ilmiah, dan mencermati fenomena yang telah dikaji.
2. Penyusunan dan pembuatan bagian-bagian diskripsi
3. Tranformasi makna
4. Analisis
The new all the possible a the being in the two men had been the five who were going to
Tujuan dari tranformasi tersebut anara lain untuk menjadikan hal-hal yang tersirat menjadi hal yang tersurat. Serta agar semuanya secara diskriptif lebih tersampaikan dan lebih bisa memuat makna-makna psikologi.
Dengan demikian metode dan data saling berhubungan dengan amat erat, keduanya juga terkait dengan tujuan riset dan asumsi-asumsi yang berkenaan dengan psikologi.
Yang perlu digarisbawahi bahwa psikologi harus menyelami dunia subjektif partisipan sedalam mungkin karena memang dunia partisipan adalah hal yang subjektif. Akan tetapi makna-makna yang dihasilkan untuk memahami dunia itu dipihak ilmuwan adalah hal yang bersifat intersubjektif atau objektif.
Pembahasan mengenai struktur pengalaman juga tercakup dalam topic hubungan antar data dan metode. pembahasan ini adalah langkah terakhir dari prosedur-prosedur yang telah dijelaskan struktur diperoleh dengan melakukan tranformasi akhir atas satuan-satuan makna yang memiliki nilai khusus dalam penuturan-penuturan pengalaman tersebut.
Penting untuk disadari bahwa sebuah struktur bukan hanya mengacu pada unsure-unsurnyakuncinya melainkan juga pada hubungan diantara mereka. Sehingga dimungkinkan bagi struktur-struktur tersebut memiliki unsure-unsur yang sama namun tidak identik. Oleh karena itu diperlukan suatu pandangan yang bersifat menyeluruh untuk menilai hubungan unsure-unsur ini.
Mengkomunikasikan temuan

Rampungnya sebuah proses riset sesungguhnya adalah ketika bahan-bahan yang telah diterbitkan dibaca oleh kolega yang kompeten. Dengan demikian bagaimana data diinterprestasi dan dikomunikasikan juga merupakan hal yangpenti karena akan banyak kemungkinan yang masuk dalam proses ini. Khususnya bagi mereka yang berpegang perspektif penelitian yang tidak tergolong arus besar.

E. Persoalan yang harus dipikirkan

Semua peneliti yang berpengalaman mengetahui bahwa tidak ada metode yang sempurna. Masing-masing metode memiliki kekuatan dan keterbatasannya dalam proses riset bisa diperbaiki hanya ketika keterbatasan metode dibuat eksplisit sehingga batas-batas interprestasi terhadap temuan-temuan pun bisa ditetapkan.
Hal pertama yang perlu diperhatikan ketika data mentah untuk didiskripsi retrospektif diperoleh adalah adanya kemungkinan kekeliruan atau kebohongan dipihak partisipan akan tetapi dalam analisis psikologi tidaklah penting yang terpenting adalah bagaimana partisipan mengalami situasi-situasinya bahkan meskipun menyampiakannya berdasrkan ingatan mereka, kerena cara-cara tampilnya situasi dalam ingatan seseorang juga secara psikologis merupakan hal yang bisa mengungkapkan pemahaman tertentu.

Persoalan ketidak jujuran ini lebih problematis karena adanya kemungkinan pewawancara menemui penuturan yang tidak jujur, akibat singkatnya waktu wawancara atau karena ringkasnya penutura. Selain itu fakta dalam riset fenomenologis hanya sekedar mencoba mencari tahu apa yang terjadi dan ini berarti tidak ada hipotesis atau teori khusus yang diajukan sehingga sulit diperkirakan mengapa partisipan terdorang untuk berbohong.
Kerentanan lain dalam metode ini adalah fakta bahwa segenap prosesnya nampaknya bergantung pada subjektifitas peneliti khususnya terkait dengan langkah ketiga metode ini. Dimana ekspresi-ekspresi yang ada dijelaskan atas dasar sensitivitas psikologi.
Pendekatan fenomenologis mengakui adanya ketiadaan totalitas ini. Untuk itu karena pihak lain yang bersikap kritis tidak bisa langsung berbagi dengan peneliti fenomenologis dalam hal intuisi, diskriminasi, dan tranformasi makna. Maka peneliti meninggalkan suatu rekaman jejak mengenai prosesnya dalam keadaan selengkap mungkin pada akhirnya harus ditegaskan bahwa analisis harus dikerjakan dari sudut pandang inter subjektif. Artinya peneliti tidak tinggal menetap dalam sudut pandang yang semata-mata biografis melainkan berpegang pada sudut pandang dan sikap psikologis. Peran sebagai peneliti dan terus menerus sadar akan fakta bahwa pihak lain yang bersikap kritis akan meninjau intuisi-intuisi yang tengah disampaikan.

No comments:

Post a Comment